Rabu, 25 Januari 2012

Mengeluh = Kurang Bersyukur ???


“enak bener ya tuh orang, kemana-mana bawa mobil mewah, pake supir pribadi lagi…”
“sengsara deh kerja disini itu, udah gaji kecil, kesejahteraan kurang…”
“coba aku secakep dia, gak bakal susah gini nyari pasangan hidup…”

Itulah beberapa keluhan yang sering kita dengar diantara kita.
Jika hanya sekedar mengomentari keluhan di atas, apa iya orang yang punya mobil mewah hidupnya bahagia? Jika anda mengeluhkan kerjaan anda, apakah anda tidak lihat para pengangguran disekitar kita yang kesulitan mendapatkan pekerjaan? Apakah Allah hanya memberikan pasangan untuk orang yang cakep saja?.
Saya rasa setiap kita pasti sudah tau jawabnya.

Jika dikaitkan antara mengeluh dengan rasa syukur, rasanya tidak berlebihan jika orang yang suka mengeluh bisa dibilang kurang bersyukur, meskipun tidak selamanya begitu.
Lho, kok bisa?! Ya, sebenarnya yang perlu kita cermati adalah reaksi kita atas keluhan yg kita lontarkan.

Jika kita hanya mengeluh saja, tanpa ada upaya untuk memperbaiki keadaan, tak mau melihat orang lain yang kurang beruntung darinya, bahkan merasa tidak suka jika orang lain berhasil, inilah yang dinamakan “kurang bersyukur” atau bisa juga dibilang “tidak bersyukur”.

Tapi jika dengan mengeluh kita bisa menyadari betapa kerdilnya kita dimata Allah, bisa teringat dengan orang lain yang kurang beruntung dari kita, lalu ada upaya perbaikan ke arah lebih baik serta percaya bahwa Allah maha adil, saya rasa mengeluh tidak lagi jadi hal negatif bagi kita.

Diantara kita, entah sadar atau tidak, pasti pernah “mengeluh”. Kita selalu berburuk sangka pada Allah, selalu menyalahkannya, seakan-akan Allah tidak adil.
“kenapa sih harus aku?” “kenapa sih semua ini terjadi padaku?”
Pertanyaan-pertanyaan itu sering terlontar dari mulut kita, seakan-akan dirinyalah orang paling sial sedunia.

Tak sadarkah kita bahwasanya Allah lebih tau dari kita, Allah lebih mengerti apa yang kita butuhkan daripada apa yang kita pinta, bahkan tanpa kita minta pun, Allah sudah pasti memberinya untuk kita, tak tanggung-tanggung, pemberiannya pun yang terbaik untuk kita. Inilah point pentingnya, “terbaik untuk kita”, belum tentu baik bagi orang lain, baik pula bagi kita, dan juga sebaliknya.

Mungkin, apa yang diberikan oleh Allah saat ini kita masih belum tau makna dibaliknya. Tapi percayalah, dalam waktu dekat atau tempo yang agak lama sekalipun, rahasia itu akan kita sadari baik secara sengaja atau tidak.
Saat itu kita akan berujar :
“oh, ternyata ini maksud Allah tidak mengabulkan doaku…”
“oh, ternyata ada orang lain yang lebih menderita daripada deritaku saat itu…”
dan sebagainya, dan seterusnya, dan semacamnya.

Jadi yang perlu kita lakukan hanyalah 3M (Meminta, Mencari dan Menerima).
Jika 3 hal itu sudah kita lakukan, saya yakin “mengeluh” bisa jadi barang langka bagi jiwa kita, atau setidaknya keluhan-keluhan kita bisa jadi cambuk untuk kita lebih baik lagi kedepannya.

Pilihan ada di tangan kita masing-masing, bisakah kita menolak anggapan “mengeluh = kurang bersyukur”, mari kita buktikan dengan perbuatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar